Jumat, 03 November 2017

TANAM PADI JAJAR LEGOWO


PENDAHULUAN


Legowo menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang.

Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanpulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.


                                     Beberapa Tipe Sistem Tanam Tajar Legowo

1)      Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
2)      Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.
3)      Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua   kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya.


Manfaat dan Tujuan Sistem Jajar Legowo

Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :

ü  Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
ü  Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
ü  Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
ü  Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
ü  Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir.
ü  Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil


Teknik Penerapan

a. Pembuatan baris tanam
Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1–2 hari sebelum tanam air dibuang sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas. Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2 : 1 (Atajale 2 : 1), dibuat garis tanam 40 cm x ( 20 cm x 10 cm) dengan cara menarik atajale pada lahan yang akan ditanami. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air pengairan.

b. Tanam
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak    1-2 bibit ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu tanam



Teknik Pemeliharaan Tanaman

a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk  terkosentrasi sepanjang tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat denga perakaran sehingga dapat dimamfaatkan oleh tanaman secara maksimal.

b.  Penyiangan
Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan landak/osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong sepertimpada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.



Menghitung peningkatan populasi

Untuk menghitung peningkatan populasi dengan sitem tanam jajar legowo bisa menggunakan rumus :  100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo).

contoh:

Ø  untuk legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah 100%  X  1 : (1 + 2) = 30%
Ø  untuk legowo 3:1 peningkatan populasinya adalah 100%  X  1 : (1 + 3) = 25%
Ø  Untuk legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah 100%  X  1 :  (1 + 4) = 20%
Ø  Untuk legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah 100%  X  1 :  (1 + 5) = 16,6%

Oleh : Wiwik Hayeweyah, SP

Selasa, 31 Oktober 2017

BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN LEBAK

Budidaya Kedelai Di Lahan Lebak 

Kedelai di Indonesia dipandang sebagai salah satu komoditas pangan strategis, kebutuhan kedelai setiap tahunnya cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya pabrik pakan ternak. Permintaan kedelai terus meningkat sementara lahan pertanian terus menurun akibat adanya alih fungsi lahan pertanian, sehingga produksi kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dengan mengandalkan impor dapat menyebabkan ketahanan pangan rentan dan berdampak terhadap berbagai aspek, terutama ekonomi, sosial dan politik

Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan, yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut, dan penigkatan indek pertanaman. Dalam hal ini diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan secara berkelanjutan Salah satu trategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen.

Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dalam hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk untuk pengembangan varietas unggul baru. Untuk itu diperlukan pembinaan terhadap petani lokal penangkar benih, termasuk salah satunya adalah pembinaan terhadap teknik bududaya benih yang tepat /spesifik lokasi dan pasca panennya. Khusus untuk lahan lebak, teknik budidaya benih kedelai dan pasca panennya adalah sbb.

Tenik Budidaya

Lahan lebak dikelompokan menjadi tiga, yaitu
(1) lebak dangkal/pematang ,
(2) lebak tengahan, dan
(3) lebak dalam.

Pembagian ini memiliki arti penting karena masing-masing tipologi lahan dan tipe luapan air memilik kendala spesifik sehingga memerlukan pendekatan pengelolaan tersendiri. Lahan rawa lebak dangkal dan tengahan dapat ditanami dengan pola tanam padi-padi atau padi-palawija, sedang pada lahan lebak dalam hanya dengan padi-padi.

Paket teknologi kedelai pada lahan lebak dangkal dan tengahan sbb

  1. Lahan disiapkan secara tanpa olah tanah. Setelah padi di panen, jerami dipotong dekat dengan permukaan tanah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, mulsa atau dibakar untuk tambahan sumber hara K, Si, dll
  2. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agorekologi dan preferensi pasar
  3. Benih yang digunakan bernas memilki daya tumbuh >85%, murni, sehat, dan bersih, dengan total kebutuhan benih antara 40-60 kg/h, tergantung pada ukuran biji; semakin besar ukuran biji makin banyak benih dibutuhkan
  4. Benih sebelum ditanam dicampur dengan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Reagent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit.
  5. Perlakuan benih dengan pupuk hayati rhizobium 40 g/8 kg benih, diberikan pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai
  6. Jarak tanam 40x15 cm dan 40x10 cm, dua tanam/lubang
  7. Saluran drainase dengan jarak antara 5-6 m, berukuran lebar sekitar 40 cm dan dalam sekitar 60 cm.
  8. Ameliorasi tanah diperlukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman kedelai menggunakan kapur pertanian atau dolomite.
  9. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan dapat berbeda tergantung pada kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organic atau pupuk kandang, dianjurkan diberikan dengan dosis sekitar 2 t/ha
  10. Gulma dikendalikan secara intensif secara manual atau dengan menggunakan herbisida.
  11. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) mengikuti cara PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
  12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-coklat atau coklat-kehitaman (tergantung varietas).
  13. Pembijian kedelai dapat dilakukan secara manual (sistem geblok, pemukul kayu) maupun secara mekanik yaitu dengan mesin perontok


Pasca panen

Benih kedelai sering diposisikan sebagai kelompok benih dengan masa simpan pendek. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan khususnya pada fase pasca panen, sebagai fase paling kritikal dalam proses produksi benih kedelai, adalah sbb.

  1. Panen dilakukan pada saat yang tepat, yaitu jika sekitar 90% polong telah berwarna coklat atau daun telah menguning.
  2. Brangkasan segera dikeringkan setelah panen atau paling lambat ditunda pengeringannya selama 2 hari.
  3. Pengeringan brangkasan menggunakan alas jemur dengan ketebalan brangkasan maksimum setinggi 25 cm.
  4. Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan pemukul (tongkat kayu) dan dilakukan pada saat brangkasan telah kering atau setelah dijemur sekitar 3 hari.
  5. Penjemuran benih menggunakan alas jemur dan dilakukan secara hati-hati hingga kadar air mencapai 9-10%.
  6. Penyimpanan benih dilakukan pada saat kadar air benih 9-10% dan menggunakan wadah plastik kedap udara, dengan cara ini benih dapat disimpan sampai 6 bulan.
  7. Kombinasi penyimpanan dalam wadah plastic kedap udara dan disimpan pada ruang ber-AC (kelembaban 6% dan suhu 20-21ºC) mampu menyimpan benih 8-9 bulan. Pengaruh kadar air terhadap daya simpan benih lebih besar dibanding pengaruh perubahan temperatur.
(Oleh : AGUS TRIYONO, SP)

BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN KERING

Budidaya Kedelai Di Lahan Kering 


Kedelai di Indonesia dipandang sebagai salah satu komoditas pangan strategis, kebutuhan kedelai setiap tahunnya cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya pabrik pakan ternak. Permintaan kedelai terus meningkat sementara lahan pertanian terus menurun akibat adanya alih fungsi lahan pertanian, sehingga produksi kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dengan mengandalkan impor dapat menyebabkan ketahanan pangan rentan dan berdampak terhadap berbagai aspek, terutama ekonomi, sosial dan politik.

Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan, yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut, dan penigkatan indek pertanaman. Dalam hal ini diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan secara berkelanjutan Salah satu trategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen.

Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dalam hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk untuk pengembangan varietas unggul baru. Untuk itu diperlukan pembinaan terhadap petani lokal penangkar benih, termasuk salah satunya adalah pembinaan terhadap teknik bududaya benih yang tepat /spesifik lokasi dan pasca panennya. Khusus untuk lahan kering, teknik budidaya benih kedelai dan pasca panennya adalah sbb.


Tehnik Budidaya

Lahan kering dipilahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu lahan kering tidak masam dan lahan kering masam.

Pola tanam di lahan kering diantaranya adalah:
(1) kedelai - kedelai - bera,
(2) padi gogo - kedelai,
(3) jagung - kedelai - tembakau,
(4) kedelai - kedelai - kacang-kacangan lainnya.

Pada pertanaman musim hujan pertama MH I (Oktober - Januari) dianjurkan menggunakan varietas umur sedang, dan pertanaman pada musim marengan atau MH II (Februari – Mei) dapat dipilih umur sedang atau genjah.

Paket teknologi budidaya kedelai terdiri dari komponen sbb.

  1. Tanah dibajak 1 – 2 kali, kemudian digaru 1 kali untuk meratakan permukaan tanah 
  2. Saluran drainse dibuat dengan jarak antar saluran 3-5 m berukuran lebar sekitar 30 cm dan kedalaman sekitar 25 cm. Jarak antar saluran drainase dapat diperapat sesuai dengan jenis tanah dan kemiringan lahan. Pada lahan bertekstur halus (tanah berat) dan bertopografi datar, jarak antar saluran drainase perlu diperapat.
  3. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan preferensi petani dan pasar
  4. Penggunaan benih berkualitas, bernas memiliki daya tumbuh >85%, murni, sehat, dan bersih, dengan total kebutuhan benih antara 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji; makin besar ukuran biji makin banyak benih yang dibutuhkan.
  5. Perlakuan benih dengan corsulfan ( 10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit atau dengan insektisida lainnya.
  6. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium bagi lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, dengan dosis 40g sumber rhizobium /8kg benih.
  7. Pada tanah yang subur dan cukup air/ hujan, jarak tanam 40 x 15 cm dua tanaman/lubang, dan pada tanah yang kurang subur dan air/hujan terbatas, jarak tanam 40 x 10 cm dua tanaman/lubang.
  8. Pada lahan kering masam dengan kejenuhan Al lebih dari 20%, dianjurkan tanah diberi pupuk dolomit/kapur untuk menurunkan kejenuhan Al tanah hingga mencapai batas toleransi tanaman kedelai yaitu 20% sekaligus sebagai sumber hara Ca dan Mg
  9. Jenis dan takaran pupuk bergantung pada tingkat kesuburan tanah. Pupuk organik atau pupuk kandang jika tersedia dapat diberikan sekitar 2 ton/ha sebagai penutup lubang tanaman.
  10. Gulma dikendalikan secara intensif, dapat secara mekanis maupun menggunakan herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh.
  11. Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan petunjuk teknis PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
  12. Tanaman dipanen apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman (terantung varietas)) dilakukan secara konvensional dengan sabit.
  13. Pembijian dapat dilakukan secara manual (sistem geblok, pemukul kayu) atau secara mekanis menggunakan mesin perontok.


Pasca panen

     Benih kedelai sering diposisikan sebagai kelompok benih dengan masa simpan pendek.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan khususnya pada fase pasca panen, sebagai fase paling kritikal dalam proses produksi benih kedelai, adalah sbb.

  1. Panen dilakukan pada saat yang tepat, yaitu jika sekitar 90% polong telah berwarna coklat atau daun telah menguning.
  2. Brangkasan segera dikeringkan setelah panen atau paling lambat ditunda pengeringannya selama 2 hari.
  3. Pengeringan brangkasan menggunakan alas jemur dengan ketebalan brangkasan maksimum setinggi 25 cm.
  4. Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan pemukul (tongkat kayu) dan dilakukan pada saat brangkasan telah kering atau setelah dijemur sekitar 3 hari.
  5. Penjemuran benih menggunakan alas jemur dan dilakukan secara hati-hati hingga kadar air mencapai 9-10%.
  6. Penyimpanan benih dilakukan pada saat kadar air benih 9-10% dan menggunakan wadah plastik kedap udara, dengan cara ini benih dapat disimpan sampai 6 bulan
  7. Kombinasi penyimpanan dalam wadah plastic kedap udara dan disimpan pada ruang ber-AC (kelembaban 6% dan suhu 20-21ºC) mampu menyimpan benih 8-9 bulan. Pengaruh kadar air terhadap daya simpan benih lebih besar dibanding pengaruh perubahan temperatur. 
(Oleh : AGUS TRIYONO, SP)

Senin, 30 Oktober 2017

PENDAYAGUNAAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENYAMPAIAN PESAN MELALUI POSTER DAN FLIPCHART




POSTER adalah suatu bentuk penyajian pesan yang ditata menjadi suatu kesatuan bentuk yang menarik dengan menonjolkan gambar yang lebih dominan daripada uraian

BAHASA PADA POSTER
Poster pada umumnya ditampilkan di tempat umum, ditempat padat lalu lintas, pejalan kaki atau kendaraan bermotor.
"  Bahasa yang digunakan pada poster adalah bahsa yang dikuasai oleh masyarakat umum
"  Menggunakan kalimat atau kata-kata yang mudah ditangkap dan mudah diingat. Contoh :
“UREA SAHABAT PETANI”
“UREA MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN ANDA”

ISI DAN PESAN POSTER
~    Isi pesan pada poster ditekankan terhadap perubahan sikap sasaran
~    Belum bertujuan untuk menambah pengetahuan
Contoh : “GUNAKAN BENIH UNGGUL BERLABEL BIRU”
Pesan tersebut bermaksud mempengaruhi sikap sasaran agar mereka menerima kehadiran benih berlabel biru
~    Isi pesan untuk memenuhi tahap awal proses komunikasi yaitu menarik perhatian sasaran
~    Hindari pesan yang bertentangan dengan aqidah agama atau norma-norma yang ada di masyarakat

FLIPCHART adalah kumpulan poster-poster yang diikat jadi satu dimana pada setiap poster mempunyai keterkaitan isi pesan
Contoh :
          Sepuluh Jurus Kemampuan Kelompok Tani " terdiri dari 10 buah poster dan isi pesan setiap poster tersebut adalah salah satu jurus dari sepuluh jurus kemampuan kelompok tani
*       Flipchart digunakan dalam komunikasi kelompok

BAHASA PADA FLIPCHART
ü  Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari
ü  Bahasa yang mudah ditangkap dan mudah dimengerti

ISI DAN PESAN FLIPCHART
*     Isi pesan hendaknya mampu meningkatkan pengetahuan sasaran
*     Isi pesan berkesinambungan
*     Isi pesan pada flipchart memasuki tahap kedua dalam proses penyuluhan yaitu menggugah hati

CARA PENGGUNAAN FLIPCHART PADA PENYULUHAN PERTANIAN
1.      Penempatan flipchart diusahakan bisa dilihat oleh semua sasaran yang hadir
2.      Penyuluh berdiri menghadap hadirin dan menempatkan diri di sebelah kiri flipchart
3.      Pada bagian belakang setiap lembar flipchart terdapat keterangan yang berupa uraian dari isi pesan
Penyuluh harus hafal betul mengenai keterangan tersebut

(Hari Suseto, SP)



Kamis, 26 Oktober 2017

BUDIDAYA KACANG TANAH

BUDIDAYA KACANG TANAH


I. PENDAHULUAN


                 Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras  mengakibatkan  

    bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar
    pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman
    akan terhambat, bahkan kerdil.

c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan

   perkembangan besarnya kacang.


2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan

    kacang tanah.


2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:

a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.


3.1.2. Penyiapan Benih

          Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
         Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
          Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
          Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Pupuk Makro dan POC
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih     

    seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada
    lubang tanam.

b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai
    rekomendasi setempat.

c. Siramkan pupuk POC yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan
    dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk
    setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). 


            Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.


3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam
           Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
           Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA 
           Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.


3.3.4. Cara Penanaman

           Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat  dilakukan  pada  bulan  April - Juni  (palawija I)  atau bulan  Juli - September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
           Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
            Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
            Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC dan HORMON
            Penyemprotan POC dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC /tangki). Kebutuhan total POC untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC ditambahkan HORMON (3-4 tutup POC + 1 tutup HORMON/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.


3.4.5. Pengairan dan Penyiraman

           Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.


3.4.6. Pemeliharaan Lain

           Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan.


b. Penyakit sapu setan

Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.



3.6. Panen

               Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.