Kamis, 27 September 2018

BUDIDAYA KACANG TANAH

BUDIDAYA KACANG TANAH


I. PENDAHULUAN


                 Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.


II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras  mengakibatkan  

    bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar
    pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman

    akan terhambat, bahkan kerdil.

c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.

d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan

   perkembangan besarnya kacang.



2.2. Media Tanam

a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan

    kacang tanah.



2.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.




III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih

Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.


3.1.2. Penyiapan Benih

          Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.



3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
         Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
          Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
          Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Pupuk Makro dan POC
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih     

    seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada
    lubang tanam.

b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai

    rekomendasi setempat.

c. Siramkan pupuk POC yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan

    dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk
    setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). 



            Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.


3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam

           Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.


3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
           Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA 
           Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.


3.3.4. Cara Penanaman

           Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat  dilakukan  pada  bulan  April - Juni  (palawija I)  atau bulan  Juli - September (palawija II).



3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman
           Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
            Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
            Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC dan HORMON
            Penyemprotan POC dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC /tangki). Kebutuhan total POC untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC ditambahkan HORMON (3-4 tutup POC + 1 tutup HORMON/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.


3.4.5. Pengairan dan Penyiraman

           Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.



3.4.6. Pemeliharaan Lain

           Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).



3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan.


b. Penyakit sapu setan

Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.

c. Penyakit Bercak Daun

Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.


3.6. Panen

               Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:

a) Batang mulai mengeras.

b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

Oleh : Wahyudi, SP
Penyuluh Pertanian Pertama
BPP Banyuates

Rabu, 26 September 2018

AGEN HAYATI “PERBANYAKAN AGEN HAYATI DARI JENIS CENDAWAN DENGAN MEDIA PADAT”


AGEN HAYATI
“PERBANYAKAN AGEN HAYATI DARI JENIS CENDAWAN DENGAN MEDIA PADAT”


            Konsep Pengndalian Hama Terpadu (PHT) muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang bertumpu pada penggunaan pestisida berspektrum luas, yang ternyata dapat menimbulkan masalah antara lain resurjensi, resistansi, timbulnya hama sekunder, residu pada hasil pertanian, pencemaran lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.
Penerapan PHT didasarkan pada pendekatan ekologi, ekonomi, sosial budaya dengan tujuan mengendalikan populasi atau intensitas serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) sampai tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan ekonomis menjamin produksi pada taraf tinggi, menghindari residu pestisida dan menjamin keberlanjutan produksi
Untuk terlaksanya penerapan PHT secara menyeluruh dan berkelanjutan telah ditetapkan bahwa strategi operasional PHT adalah dengan mengutamakan peran lingkungan  sebagai faktor pengendali alamiah dan memprioritaskan pemanfaatan dan pelestarian musuh alami. Seharusnya kita tidak ragu-ragu untuk menempat pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT. Dengan demikian kita akan lebih peduli pada keberadaan dan kelestarian agen hayati.
Ada beberapa cara perbanyakan agen hayati tergantung dari jenis agens hayati. Namun yang akan disajikan adalah perbanyakan patogen serangga dari jenis cendawan yaitu verticilium sp dan tricoderma sp. Perbanyakan cendawan verticilium sp dan tricoderma sp pada media padat.

Kelebihan dan Kelemahan Agen Hayati
Penggunaan agen hayati dalam upaya pengendalian OPT memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu :
Kelebihan/ keuntungan :
-       Selektif
-       Organisme yang digunakan sudah ada di alam
-       Orgnisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama sasaran
-       Dapat berkembang biak dan menyebar
-       Hama tidak menjadi resisten atau kalau terjadi sangat lambat
-       Pengendalian dapat berjalan dengan sendirinya
-       Tidak ada pengaruh samping yang buruk seperti pada penggunaan pestisida kimia.
Kelemahan / kekurangan :
-       Pengendalian berjalan lambat
-       Hasilnya tidak dapat diramalkan
-       Memerlukan pengawasan tenaga ahli.

Cara Perbanyakan Agen Hayati dari jenis cendawan dengan media padat
Bahan :
-       Jagung pecah atau beras
-       Kantong plastik tahan panas
-       Inokulum (starter) verticilium sp dan tricoderma sp
-       Spirtus
-       Alkohol 70%
Alat :
-       Kotak isolasi (incase)                                   -    Sendok makan
-       Kompor                                                           -    Kipas                   
-       Panci                                                               -    Nyiru
-       Dandang                                                        -    Jarum ose
-       Centong kayu                                                -    Lampu bunsen
Langkah Kerja :
-       Jagung/beras dicuci dengan air bersih tiriskan
-       Panaskan air dalam panci dampai mendidih
-       Atur nyala api (sedang), masukkan jagung/beras ke dalam panci selama 4-5 menit.
-       Angkat panci buang airnya dan tiriskan sampai dingin
-       Masukkan jagung/beras ke dalam kantong plastik tahan panas 4-5 sendok makan (±100 gr) lalu dilipat
-       Panaskan air dalam dandang sampai mendidih, masukkan jagung/beras terbungkus kedalam dandang dikukus selama 2-3 jam setelah air mendidih
-       Angkat dandang dan keluarkan jagung/beras, dinginkan, simpan ditempat yang bersih.
Inokulasi isolat :
-       Dilakukan dalam kotak isolasi (incase)
-       Siapkan media jagung/beras yang telah disterilkan
-       Siapkan isolat/inokulum murni (dalam test tube)
-       Dengan menggunakan jarum ose yang sudah dipanaskan diatas api bunsen ambil inokulum murni dalam test tube, kemudian inokulasikan kedalam media
-       Lipat mulut plastik, kemudian staples
-       Tulis nama cendawan dan tanggal perbanyakan pada plastik
-       Media yang telah diinokulasi, keluarkan dari incase, selanjutnya ditata rapih pada lemari/rak, inkubasikan selama 2-4 minggu
-       Media yang sudah penuh dengan spora siap diaplikasikan di lapangan.

Cara Aplikasi :
-       Siapkan larutan semprot dengan cara media hasil perbanyakan sebanyak 1 bungkus (100 gram) campurkan dengan air dan diaduk
-       Saring dengan kain, masukkan larutan ke dalam tangki. Tambahkan air.
-       Semprotkan sore hari (pada saat populasi hama masih rendah)
-       Amati perkembangan populasi hama dan musuh alaminya

OPT sasaran agen hayati
-       Wereng batang coklat, wereng hijau, kepinding tanah, kepikpengisap polong, kutu daun, kutu loncat, walang sangit, penggerek batang, ulat daun padi dll

Oleh : Wiwik Hayeweyah, SP
Penyuluh Pertanian Pertama