Selasa, 31 Oktober 2017

BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN LEBAK

Budidaya Kedelai Di Lahan Lebak 

Kedelai di Indonesia dipandang sebagai salah satu komoditas pangan strategis, kebutuhan kedelai setiap tahunnya cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya pabrik pakan ternak. Permintaan kedelai terus meningkat sementara lahan pertanian terus menurun akibat adanya alih fungsi lahan pertanian, sehingga produksi kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dengan mengandalkan impor dapat menyebabkan ketahanan pangan rentan dan berdampak terhadap berbagai aspek, terutama ekonomi, sosial dan politik

Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan, yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut, dan penigkatan indek pertanaman. Dalam hal ini diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan secara berkelanjutan Salah satu trategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen.

Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dalam hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk untuk pengembangan varietas unggul baru. Untuk itu diperlukan pembinaan terhadap petani lokal penangkar benih, termasuk salah satunya adalah pembinaan terhadap teknik bududaya benih yang tepat /spesifik lokasi dan pasca panennya. Khusus untuk lahan lebak, teknik budidaya benih kedelai dan pasca panennya adalah sbb.

Tenik Budidaya

Lahan lebak dikelompokan menjadi tiga, yaitu
(1) lebak dangkal/pematang ,
(2) lebak tengahan, dan
(3) lebak dalam.

Pembagian ini memiliki arti penting karena masing-masing tipologi lahan dan tipe luapan air memilik kendala spesifik sehingga memerlukan pendekatan pengelolaan tersendiri. Lahan rawa lebak dangkal dan tengahan dapat ditanami dengan pola tanam padi-padi atau padi-palawija, sedang pada lahan lebak dalam hanya dengan padi-padi.

Paket teknologi kedelai pada lahan lebak dangkal dan tengahan sbb

  1. Lahan disiapkan secara tanpa olah tanah. Setelah padi di panen, jerami dipotong dekat dengan permukaan tanah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, mulsa atau dibakar untuk tambahan sumber hara K, Si, dll
  2. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agorekologi dan preferensi pasar
  3. Benih yang digunakan bernas memilki daya tumbuh >85%, murni, sehat, dan bersih, dengan total kebutuhan benih antara 40-60 kg/h, tergantung pada ukuran biji; semakin besar ukuran biji makin banyak benih dibutuhkan
  4. Benih sebelum ditanam dicampur dengan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Reagent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit.
  5. Perlakuan benih dengan pupuk hayati rhizobium 40 g/8 kg benih, diberikan pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai
  6. Jarak tanam 40x15 cm dan 40x10 cm, dua tanam/lubang
  7. Saluran drainase dengan jarak antara 5-6 m, berukuran lebar sekitar 40 cm dan dalam sekitar 60 cm.
  8. Ameliorasi tanah diperlukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman kedelai menggunakan kapur pertanian atau dolomite.
  9. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan dapat berbeda tergantung pada kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organic atau pupuk kandang, dianjurkan diberikan dengan dosis sekitar 2 t/ha
  10. Gulma dikendalikan secara intensif secara manual atau dengan menggunakan herbisida.
  11. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) mengikuti cara PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
  12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-coklat atau coklat-kehitaman (tergantung varietas).
  13. Pembijian kedelai dapat dilakukan secara manual (sistem geblok, pemukul kayu) maupun secara mekanik yaitu dengan mesin perontok


Pasca panen

Benih kedelai sering diposisikan sebagai kelompok benih dengan masa simpan pendek. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan khususnya pada fase pasca panen, sebagai fase paling kritikal dalam proses produksi benih kedelai, adalah sbb.

  1. Panen dilakukan pada saat yang tepat, yaitu jika sekitar 90% polong telah berwarna coklat atau daun telah menguning.
  2. Brangkasan segera dikeringkan setelah panen atau paling lambat ditunda pengeringannya selama 2 hari.
  3. Pengeringan brangkasan menggunakan alas jemur dengan ketebalan brangkasan maksimum setinggi 25 cm.
  4. Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan pemukul (tongkat kayu) dan dilakukan pada saat brangkasan telah kering atau setelah dijemur sekitar 3 hari.
  5. Penjemuran benih menggunakan alas jemur dan dilakukan secara hati-hati hingga kadar air mencapai 9-10%.
  6. Penyimpanan benih dilakukan pada saat kadar air benih 9-10% dan menggunakan wadah plastik kedap udara, dengan cara ini benih dapat disimpan sampai 6 bulan.
  7. Kombinasi penyimpanan dalam wadah plastic kedap udara dan disimpan pada ruang ber-AC (kelembaban 6% dan suhu 20-21ºC) mampu menyimpan benih 8-9 bulan. Pengaruh kadar air terhadap daya simpan benih lebih besar dibanding pengaruh perubahan temperatur.
(Oleh : AGUS TRIYONO, SP)

BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN KERING

Budidaya Kedelai Di Lahan Kering 


Kedelai di Indonesia dipandang sebagai salah satu komoditas pangan strategis, kebutuhan kedelai setiap tahunnya cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya pabrik pakan ternak. Permintaan kedelai terus meningkat sementara lahan pertanian terus menurun akibat adanya alih fungsi lahan pertanian, sehingga produksi kedelai tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dengan mengandalkan impor dapat menyebabkan ketahanan pangan rentan dan berdampak terhadap berbagai aspek, terutama ekonomi, sosial dan politik.

Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan, yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut, dan penigkatan indek pertanaman. Dalam hal ini diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan secara berkelanjutan Salah satu trategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen.

Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dalam hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk untuk pengembangan varietas unggul baru. Untuk itu diperlukan pembinaan terhadap petani lokal penangkar benih, termasuk salah satunya adalah pembinaan terhadap teknik bududaya benih yang tepat /spesifik lokasi dan pasca panennya. Khusus untuk lahan kering, teknik budidaya benih kedelai dan pasca panennya adalah sbb.


Tehnik Budidaya

Lahan kering dipilahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu lahan kering tidak masam dan lahan kering masam.

Pola tanam di lahan kering diantaranya adalah:
(1) kedelai - kedelai - bera,
(2) padi gogo - kedelai,
(3) jagung - kedelai - tembakau,
(4) kedelai - kedelai - kacang-kacangan lainnya.

Pada pertanaman musim hujan pertama MH I (Oktober - Januari) dianjurkan menggunakan varietas umur sedang, dan pertanaman pada musim marengan atau MH II (Februari – Mei) dapat dipilih umur sedang atau genjah.

Paket teknologi budidaya kedelai terdiri dari komponen sbb.

  1. Tanah dibajak 1 – 2 kali, kemudian digaru 1 kali untuk meratakan permukaan tanah 
  2. Saluran drainse dibuat dengan jarak antar saluran 3-5 m berukuran lebar sekitar 30 cm dan kedalaman sekitar 25 cm. Jarak antar saluran drainase dapat diperapat sesuai dengan jenis tanah dan kemiringan lahan. Pada lahan bertekstur halus (tanah berat) dan bertopografi datar, jarak antar saluran drainase perlu diperapat.
  3. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan preferensi petani dan pasar
  4. Penggunaan benih berkualitas, bernas memiliki daya tumbuh >85%, murni, sehat, dan bersih, dengan total kebutuhan benih antara 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji; makin besar ukuran biji makin banyak benih yang dibutuhkan.
  5. Perlakuan benih dengan corsulfan ( 10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit atau dengan insektisida lainnya.
  6. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium bagi lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, dengan dosis 40g sumber rhizobium /8kg benih.
  7. Pada tanah yang subur dan cukup air/ hujan, jarak tanam 40 x 15 cm dua tanaman/lubang, dan pada tanah yang kurang subur dan air/hujan terbatas, jarak tanam 40 x 10 cm dua tanaman/lubang.
  8. Pada lahan kering masam dengan kejenuhan Al lebih dari 20%, dianjurkan tanah diberi pupuk dolomit/kapur untuk menurunkan kejenuhan Al tanah hingga mencapai batas toleransi tanaman kedelai yaitu 20% sekaligus sebagai sumber hara Ca dan Mg
  9. Jenis dan takaran pupuk bergantung pada tingkat kesuburan tanah. Pupuk organik atau pupuk kandang jika tersedia dapat diberikan sekitar 2 ton/ha sebagai penutup lubang tanaman.
  10. Gulma dikendalikan secara intensif, dapat secara mekanis maupun menggunakan herbisida pratumbuh maupun pasca tumbuh.
  11. Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan petunjuk teknis PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
  12. Tanaman dipanen apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman (terantung varietas)) dilakukan secara konvensional dengan sabit.
  13. Pembijian dapat dilakukan secara manual (sistem geblok, pemukul kayu) atau secara mekanis menggunakan mesin perontok.


Pasca panen

     Benih kedelai sering diposisikan sebagai kelompok benih dengan masa simpan pendek.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan khususnya pada fase pasca panen, sebagai fase paling kritikal dalam proses produksi benih kedelai, adalah sbb.

  1. Panen dilakukan pada saat yang tepat, yaitu jika sekitar 90% polong telah berwarna coklat atau daun telah menguning.
  2. Brangkasan segera dikeringkan setelah panen atau paling lambat ditunda pengeringannya selama 2 hari.
  3. Pengeringan brangkasan menggunakan alas jemur dengan ketebalan brangkasan maksimum setinggi 25 cm.
  4. Pembijian dapat dilakukan dengan menggunakan pemukul (tongkat kayu) dan dilakukan pada saat brangkasan telah kering atau setelah dijemur sekitar 3 hari.
  5. Penjemuran benih menggunakan alas jemur dan dilakukan secara hati-hati hingga kadar air mencapai 9-10%.
  6. Penyimpanan benih dilakukan pada saat kadar air benih 9-10% dan menggunakan wadah plastik kedap udara, dengan cara ini benih dapat disimpan sampai 6 bulan
  7. Kombinasi penyimpanan dalam wadah plastic kedap udara dan disimpan pada ruang ber-AC (kelembaban 6% dan suhu 20-21ºC) mampu menyimpan benih 8-9 bulan. Pengaruh kadar air terhadap daya simpan benih lebih besar dibanding pengaruh perubahan temperatur. 
(Oleh : AGUS TRIYONO, SP)

Senin, 30 Oktober 2017

PENDAYAGUNAAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENYAMPAIAN PESAN MELALUI POSTER DAN FLIPCHART




POSTER adalah suatu bentuk penyajian pesan yang ditata menjadi suatu kesatuan bentuk yang menarik dengan menonjolkan gambar yang lebih dominan daripada uraian

BAHASA PADA POSTER
Poster pada umumnya ditampilkan di tempat umum, ditempat padat lalu lintas, pejalan kaki atau kendaraan bermotor.
"  Bahasa yang digunakan pada poster adalah bahsa yang dikuasai oleh masyarakat umum
"  Menggunakan kalimat atau kata-kata yang mudah ditangkap dan mudah diingat. Contoh :
“UREA SAHABAT PETANI”
“UREA MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN ANDA”

ISI DAN PESAN POSTER
~    Isi pesan pada poster ditekankan terhadap perubahan sikap sasaran
~    Belum bertujuan untuk menambah pengetahuan
Contoh : “GUNAKAN BENIH UNGGUL BERLABEL BIRU”
Pesan tersebut bermaksud mempengaruhi sikap sasaran agar mereka menerima kehadiran benih berlabel biru
~    Isi pesan untuk memenuhi tahap awal proses komunikasi yaitu menarik perhatian sasaran
~    Hindari pesan yang bertentangan dengan aqidah agama atau norma-norma yang ada di masyarakat

FLIPCHART adalah kumpulan poster-poster yang diikat jadi satu dimana pada setiap poster mempunyai keterkaitan isi pesan
Contoh :
          Sepuluh Jurus Kemampuan Kelompok Tani " terdiri dari 10 buah poster dan isi pesan setiap poster tersebut adalah salah satu jurus dari sepuluh jurus kemampuan kelompok tani
*       Flipchart digunakan dalam komunikasi kelompok

BAHASA PADA FLIPCHART
ü  Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari
ü  Bahasa yang mudah ditangkap dan mudah dimengerti

ISI DAN PESAN FLIPCHART
*     Isi pesan hendaknya mampu meningkatkan pengetahuan sasaran
*     Isi pesan berkesinambungan
*     Isi pesan pada flipchart memasuki tahap kedua dalam proses penyuluhan yaitu menggugah hati

CARA PENGGUNAAN FLIPCHART PADA PENYULUHAN PERTANIAN
1.      Penempatan flipchart diusahakan bisa dilihat oleh semua sasaran yang hadir
2.      Penyuluh berdiri menghadap hadirin dan menempatkan diri di sebelah kiri flipchart
3.      Pada bagian belakang setiap lembar flipchart terdapat keterangan yang berupa uraian dari isi pesan
Penyuluh harus hafal betul mengenai keterangan tersebut

(Hari Suseto, SP)



Kamis, 26 Oktober 2017

BUDIDAYA KACANG TANAH

BUDIDAYA KACANG TANAH


I. PENDAHULUAN


                 Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras  mengakibatkan  

    bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar
    pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman
    akan terhambat, bahkan kerdil.

c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan

   perkembangan besarnya kacang.


2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan

    kacang tanah.


2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:

a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.


3.1.2. Penyiapan Benih

          Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
         Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
          Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
          Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Pupuk Makro dan POC
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih     

    seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada
    lubang tanam.

b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai
    rekomendasi setempat.

c. Siramkan pupuk POC yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan
    dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk
    setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). 


            Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.


3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam
           Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
           Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA 
           Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.


3.3.4. Cara Penanaman

           Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat  dilakukan  pada  bulan  April - Juni  (palawija I)  atau bulan  Juli - September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
           Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
            Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
            Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC dan HORMON
            Penyemprotan POC dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC /tangki). Kebutuhan total POC untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC ditambahkan HORMON (3-4 tutup POC + 1 tutup HORMON/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.


3.4.5. Pengairan dan Penyiraman

           Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.


3.4.6. Pemeliharaan Lain

           Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan.


b. Penyakit sapu setan

Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.



3.6. Panen

               Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

Senin, 23 Oktober 2017

BERTANAM CABAI DI MUSIM HUJAN





    Dalam bercocok tanam, waktu tanam merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. bertanam cabai di musim penghujan memerlukan banyak persiapan dan modal yang cukup besar mengingat tantangan yang harus di hadapi mulai dari persiapan lahan sampai pada perawatan tanaman,
    
   Persiapan lahan untuk penanaman cabe dimusim penghujan berbeda dengan pada saat musim kemarau. Perbedaan itu terletak pada kedalaman dan lebar saluran pembuangan air.
Buatlah bedengan yang mampu mengantisipasi banjir

   Pada musim hujan, air sangat melimpah sehingga kelebihan air harus dibuang tuntas. Agar terhindar dari hal-hal buruk selama musim hujan maka bedengan dibuat dengan ukuran sebagai berikut :
  • Lebar bedengan 100-110 cm
  • Lebar selokan 60-70 cm, berarti lebih lebar daripada ukuran dimusim kemarau. Hal ini untuk memperlancar sirkulasi udara dan mempermudah penyemprotan sebab kondisi tanaman lebih subur pada musim hujan sehingga kemungkinan tajuk tanaman akan saling bertumpukan.
  • Panjang bedengan diusahakan tidak lebih dari 12 m untuk mempermudah pemeliharaan tanaman dan pembuangan air yang berlebihan.


   Tinggi bedengan minimal 50 cm. agar akar tanaman tidak tergenang langsung pada saat hujan deras. Selain itu, air hujan juga dapat dibuang tuntas sehingga risiko kematian terkurangi.

Lakukan pengapuran lahan bersamaan dengan pembajakan
    Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah yang semula asam menjadi mendekati netral. Pengapuran juga dapat menambah unsur hara kalsium (Ca) maupun magnesium (Mg) yang sangat diperkaptan CaCO3 dan dolomite Ca Mg (CO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 2-4 ton/ha atau sekitar 200-400 g per m².

     Pengapuran pada musim hujan sebaiknya dilakuakn bersamaan dengan pembajakan tanah. Dengan cara demikian diharapkan kapur akan segera bereaksi dan siap menteralkan kemasan tanah sebelum bibit cabai ditanam dilapangan.

Pupuklah bedengan dengan jenis dan dosis yang tepat
    Pada musim hujan, total pupuk yang diberikan bersamaan dengan pemasangan mulsa plastic-hitam perak (PHP) sebanyak 85% dari penanaman di musim kemarau karena jumlah air yang melimpah dimusim hujan akan mudah malarutkan pupuk pada bedengan. Namun, perlu perhatikan bahwa pada musim hujan ini komposisi pemupukan sebaiknya tidak terlalu banyak mengandung unsure nitrogen karena unsure nitrogen akan diperoleh juga dari udara bebas.

   Kelebihan unsur nitrogen menyebabkan barang tanaman cabe banyak mengandung air (sekulen). Tanaman yang sekulen akan mudah terserang hama dan penyakit.

   Pupuk kandang diberikan pada saat bedengan selesai 70%. Pemberian dilakukan per bedengan dengan memeprkirakan satu tanaman mendapatkan dosis 1 kg. setelah pupuk kandang ditebarkan, lahan dicangkul kecil-kecil agar pupuk kandang bersatu dengan tanah bedengan. Selang waktu antara penebaran pupuk kandang dan pupuk kimia kira-kira 2 minggu. Sebelum pupuk kimia ditebarkan, kondisi bedengan yang akan dipupuk harus basah oleh air hujan atau telah tergenangi air pada malam sebelumnya. Pupuk ditebarkan secara merata di seluruh permukaan bedengan. Bedengan kemudian dicangkul agar pupuk berbaur dengan tanah. Setelah itu, bedengan dirapikan dengan menghaluskan/meratakan permukaannya menggunakan potongan bilah bamboo besar atau sisi-sisi tepi cangkul. Bedengan yang telah dipupuk dan dirapikan disebut sebagai bedengan jadi. Bedengan air ini disiram secukupnya kemudian segera ditutup dengan mulsa PHP.
Pasanglah mulsa dengan bantuan pasak penjepit

    Pemasangan mulsa PHP idealnya menunggu saat cuaca panas atau antara pukul 09.00-14.00 sebab dalam kondisi panas, mulsa plastic-hitam perak akan mudah mengembang bila ditarik kencang. Namun, sinar matahari yang terik sulit diperoleh pada musim hujan. Untuk mengatasi hal ini, mulsa PHP dikaitkan terlebih dahulu dengan perak penjepit mulsa yang terbuat dari bilah bambu pada ujung-ujung bedengan. Dengan demikian, bedengan telah tertutup mulsa PHP sehingga pupuk yang telah disebar pada permukaan bedengan tidak hanyut oleh hujan. Esok paginya, pada saat panas, mulsa pada sisi-sisi bedengan dirapkan (dikaitkan) pada tanah. Sehari menjelang penanaman, dibuat lubang penanaman pada mulsa PHP. Pelubang plastic mulsa berupa pelat besi yang diisi arang bakar denagn diameter lingkaran 10 cm. jarak tanam pada system zig-zag adalah 60 cm x 65 cm, sedangkan pada system berhadap-hadapan 60 cm x 60 cm. untuk mendapatkan hasil optimal, jarak tanam dibuat secara berseling (zig-zag).

Usahakan populasi tanaman tidak terlalu padat
    Populasi tanaman cabe dimusim hujan sebaiknya tidak terlalu padat agar tidak merangsang pertumbuhan dan perkembangan hama serta penyakit tertentu. Kepadatan tanaman sebaiknya tidka lebih dari 17.000 tanaman per hektar dan idealnya 16.000 tanaman per hektar untuk lahan datar dan 14.000 tanaman untuk lahan terasering. Jarak tanam yang digunakan untuk musim hujan yaitu 60 cm x 65 cm dengan system tanam zig-zag atau 65cm x 70 cm dengan system tanam berhadap-hadapan antar tanaman. Apabila lahan penanaman berbentuk terasering (bukan hamparan) maka penananamn sebaiknya dimulai dari hamparan paling bawah. Dengan demikian, bila tanaman paling tua terserang penyakit tidak akan menular ke tanaman yang lebih muda lewat air pengairan.

Gunakan bibit yang seragam untuk penanaman satu petak
    Di dataran rendah sampai menengah (0-700 m dpl) bibit cabe hibrida siap ditanam pada umur 20 hari setelah semai, sedangkan cabe local 25 hari setelah semai. Untuk praktisnya, apabial tidak memperhitungkan umur, bibit dianggap siap tanam bila telah berdaun 3-4 helai.

    Pada musim hujan, penanaman cabe dapat dapat dilakukan kapan saja, asalkan kondisi udara tidak terlalu panas. Sebelum ditanam, plastic polibag dilepaskan. Caranya, ujung permukaan tanah media semai agak dipadatkan kemudian plastic dibuka secara perlahan (kalau perlu dirobek). Bibit dalam satu patak penanaman harus seragam sehingga pertumbuhan dan produktifitasnya relative seragam. Apabila dipaksakan menanam bibit yang kurang seragam dalam satu bedengan maka bibit yang ukurannya kecil akan kalah dalam penyerapan air makanan dari tanaman disekitarnya.
(Hari Suseto, SP)

TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA

TEKNIK

PENYEMPROTAN PESTISIDA



BAGAIMANA MENGGUNAKAN PESTISIDA

BERDASARKAN KONSEPSI PHT (6 TEPAT)



1.Tepat sasaran
Yang dimaksud dengan tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut.


JENIS PESTISISA BERDASARKAN OPT SASARAN


2. Tepat mutu
Yang dimaksud dengan tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.


3. Tepat jenis
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman.  Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.



4. Tepat waktu penggunaan
Waktu penggunaan pestisida harus tepat,  yaitu  pada saat OPT mencapai ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari (pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30o C dan kelembaban udara 50-80%.


5. Tepat dosis atau konsentrasi formulasi
Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida




6. Tepat cara penggunaan

TEKNIK PENYEMPROTAN
Penyemprotan merupakan cara aplikasi pestisida yang paling umum. Sekitar 75% dari seluruh pestisida di dunia diaplikasikan dengan cara disemprotkan


Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penyemprotan

Peralatan semprot
Tangki/ pompa semprot :
Peralatan semprot seperti tangki semprot dan perlengkapannya dipastikan dalam kondisi baik dan tidak bocor. Di samping persyaratan tersebut, penyemprot punggung harus memiliki tekanan semprot minimal 3 bar dan penyemprot mesin 8-12 bar

Nozzle (spuyer) :
Ukuran butiran semprot yang ideal untuk penyemprotan pestisida adalah 150 – 200 mikron
< 150 mikron, butiran semprot tertiup angin
> 200 mikron, butiran semprot cepat luruh
Nozzle atau spuyer harus diganti setiap 6 bulan